Suprise! Itu yang aku rasakan ketika di sebuah acara
penilaian kampung terbaik, tiba-tiba ada yang ngajak becandaan, awalnya aku
pangling dengan penampilannya dan pembawaan bapak ini sopan sekali, ooh dia
pendeta, pantesan! heuum tapi ada yang mencurigakan dari wajah si Bapak ini
heum apa yaaa? Kutelisik lagi raut wajahnya seperti familiar daaan... Oh My
God! Tanpa sadar aku segera meninju lengannya dan dia mengaduh kecil hahaha Dia
ini temanku! Teman SMA, Sahabat terbaik dan aku memanggilnya abang Paul. Why?
Aku sekelas dengannya, terkadang duduk sebangku, aku
memanggilnya abang bukan tanpa sebab, selain dia lebih tua dariku, (pssst
kabarnyad ia dulu pernah gak naik kelas, entah benar entah tidak, yang pasti
gosip itu disebarkan oleh orang yang iri sama kegantengannya yang hampir sebelas dua belas dengan Jhon Bon
Jovi) Bang paul ini juga pelindungku
semacam bodyguard? Bukan! Semacam apa ya? Boleh dibilang semacam Superman, jadi
ketika aku marah, sedih atau nangis (nangis mah cuman sekali!) aku tinggal
berteriaak memanggil namanya, ia secepat kilat akan hadir berdiri dihadapanku
dan mendengarkan ocehanku lalu dengan coolnya dia akan mengusap pucuk kepalaku,
atau mengacak-ngacak rambutku, menghiburku dengan banyolannya atau dengan lukisan
karikaturnya yang lucu, atau dia akan memintaku duduk didekatnya, lalu ia akan
menyanyikan sebuah lagu Bang Iwan Fals dengan gitar andalannya. Dia selalu bisa
menenangkanku dan membuatku tersenyum kembali. Aku tak lebih dari adik kecil
buat dia.
Diluar sekolah kami juga satu genk, selain ngumpul
dimalam week end, sepedaan keliling kota, gitaran dan ngerock sepanjang malam, mulai
dari lagu sekelas GNR, MR.BIG, White Lion, hingga sekelas Dewa, slank dan Iwan
Fals jika kehabisan stok maka akan berakhir dengan lagu-lagu malaysia.Dua atau
tiga bulan sekali week end juga kami isi dengan camping ke areal Inhutani, diluar camping Pramuka. Kerjaan berbayar
genk kami adalah memburu party time walaupun
hanya dengan bayaran ‘boleh makan dua piring’ itu adalah prestasi, hadir di
acara pernikahan tanpa harus membawa angpau yang cuman boleh makan satu piring,
kami justru dapat dua! kerjanya cuman angkatin piring kotor dan bantu
bersih-bersih, sepiring makanan sebelum kerja sepiring lagi jika kerjaan sudah
beres. Genk aku isinya cowok semua. Seru
bisa mengomando mereka sebagai koordinator, atau jadi Ratu semalam pada saat
camping, karena aku gak boleh ikut kerja apa-apa, bolehnya duduk manis dan
bernyanyi aza, menunggu mereka menghidangkan sepiring makanan hasil masakan
para cowok andalan.
Solidaritasku dimana? Heum tunggu solidaritasku akan
kubuktikan pada saat bang Paul dan yang lainnya terancam dikeluarkan dari kelas
karena telat bayar SPP dan aku akan ikutan gak bayar, karena dikeluarkan
bersama mereka itu asyik. Kami jadi bolos secara legal dan pergi kesuatu tempat
untuk menyanyi atau rujakan gegegehk. Solidaritasku juga kubuktikan ketika
harus merangkak dibawah pagar sekolah yang sedikit rusak dan kami melarikan
diri diantara perkebunan orang di belakang perpustakaan, atau ikutan dijemur karena terlambat mengikuti
upacara sekolah. Padahal aku sudah datang dari pagi. Konyol? Terserah! Tapi itu
seru, dan tidak mengurangi kecerdasanku.
Kepikiran jadiin pacar? Yaelaaah neng, dulu jaman
SMA gak pernah kepikiran buat romansa-romansaan dengan sahabat tak pernah! Atau
pacaran sekelas? Idiih jijay, sekelas artinya bersaudara, gak laaah! Sahabat ya
sahabat, teman sekelas ya saudara, kalau gebetan, nah itu lain lagi... hahah!
Masa SMAku masa yang sangat seru, indah dan berkesan
bukan soal romansa-romansaan tapi soal serunya dunia persahabatan. Jadi geli
aza sama sinetron-sinetron abal-abal abad kekinian yang masih Junior High
School sudah adegan pacar-pacaran hedeeuuh ...
Terpisah 20 tahun lebih, Pria berbaju seragam SMA
yang dulu selalu lusuh dan menenteng gitar keman-mana, serta suaranya khasnya
yang menyanyikan lagu “Denting piano” kini telah berubah menjadi seorang pendeta,
sungguh diluar nalarku. Tak pernah membayangkan orang secuek dan sekonyol dia
berakhir jadi pendeta. Tentu dia takkan berani lagi mengusap gemas pucuk
jilbabku atau menggodaku lewat banyolan
dan kerlingan matanya yang lucu. Tapi kami tetap bercanda mengingat masa-masa
SMA kami yang penuh keseruan.
Dia mengisahkan pada kawan-kawannya betapa aku dulu
cewek yang bandel dan tomboy juga rajin bolos bersama dia, dia menceritakannya
dengan mimik sedikit ekspresif tapi dengan kedua tangannya yang tetap saling
mengenggam, dia harus menjaga gestur sebagai seorang pendeta. Aku tak menyalahkan sedikit kekakuannya,
memang begitulah seharusnya setiap orang berproses dari dunia remaja yang nakal
lalu ia menjadi lebih bijaksana di usianya yang tidak muda lagi, sedangkan aku
tetap dengan gayaku yang songong, somplak tapi lucu dan tentu tidak mengurangi
manisnya aku yang selalu tampak muda dan sangat mudah dikenali huweeek ...